Sore itu aku baru saja mengantar istriku Ine piknik ke Bali bareng-bareng murid SMU dan
teman-temannya sesama guru. Aku antar sampai
bis berangkat menuju Bali diiringi lambaian
tangan istriku tercinta. Sebelum berangkat
istriku berpesan agar segera mengembalikan
uang yang dipinjamnya kepada istri kakaknya,
yang berarti adalah kakak iparku juga yang
bernama Arti. Walaupun cuaca agak mendung,
tetapi kuantarkan juga uang itu kepada kakak
ipar istriku. Sampai di sana ternyata sepi, nggak
ada orang dan pintu rumah tertutup rapat. Ku
ketuk pintu rumah “ Dok…dok…dok…..kula
nuwun”, sapaku. Nggak ada jawaban. Berulang-ulang
kuketuk pintu juga nggak ada jawaban.
Akhirnya
iseng-iseng pegangan pintu ku dorong, ehhhh..ternyata pintu nggak terkunci. Teledor benar kakak iparku ini, begitu pikirku. Aku
masuk ke kamar tamu, sepi. Sayup-sayup ku
dengar suara gemercik air di kamar mandi
belakang. Segera aku ke sana dan menyapa kakak
iparku. “Mbak…mbak”sapaku agak keras, karena
suara air mandipun keras juga
“Siapa itu ?” jawab
dari dalam. “Aku….Unang”jawabku. “Ada apa…”tanyanya lagi. “ Ini mbak aku disuruh Ine mengembalikan uang yang dipinjam kemarin”
jawabku. “ Ya…tunggu sebentar” jawab mbak Arti
dari dalam kamar mandi. Akhirnya aku duduk-duduk
di depan TV sambil menonton acaranya. Lima menit berlalu, sepuluh menit, limabelas menit sudah aku menunggu, ternyata mbak Arti
belum juga kelar acara mandinya. Iseng-iseng
aku bangkit menuju kamar mandi dan mencoba
melihat dari luar apa yang sedang dilakukan
kakak iparku ini. Waah……ada lubang kunci, itu
cukup buatku untuk mengintipnya. Deg..plasss….jantungku seakan rontok melihat
pemandangan yang belum pernah aku saksikan.
Kulihat kakak iparku ini sedang menggosok-gosok
badannya dengan sabun mandi sambil duduk
di pinggir kamar mandi dengan kaki mengangkang.
Terlihat jelas di mataku, karena posisi
duduknya menghadap ke pintu kamar mandi.
Wajahnya terlihat memerah, matanya tertutup
rapat dan bibirnya menganga sambil sesekali
mengeluarkan erangan halus, ahhhhgg….
ahhhhhg…. ssshh. Kulihat payudaranya ranum banget, walaupun agak kecil, putingnya merah dan menegang, indah sekali. Pandangan
ku alihkan ke bawah. Srettt…darahku mendidih
seketika, karena pussy-nya terlihat sangat bagus,
seperti mawar merah yang sedang merekah,
yang sekelilingnya dihiasi dengan bulu-bulu
halus membentuk lingkaran di sekitar mulut luar
dan sekitar perut. Mbak Arti terus menggosok
payudara dan pussynya sambil pantatnya
bergoyang-goyang. Diantara keluarga kami,
mbak Arti ini mempunyai pantat yang paling
bagus, padat dan besar, tetapi serasi dengan
bentuk tubuhnya. Ohhh. Rupanya kakak iparku
ini sedang masturbasi. Aku tak begitu saja
menyia-nyiakan kesempatan ini. Kuteruskan
kegiatanku mengintip. Pantat mbak Arti semakin
bergetar keras ketika jarinya menyentuh klitoris
yang menyembul di antara pussy-nya.
Digosoknya pussy-nya dengan gerakan memutar
seirama dengan goyangan pantatnya. Mungkin
sudah klimaks, karena kulihat mbak Arti
mengejang dan meluruskan kakinya sambil
menciumi ketiaknya sendiri. Khawatir ketahuan
aku segera berjingkat-jingkat menuju depan TV
dan kembali duduk.Pura-pura membaca Koran
yang ada di depanku. Jegleggg….pintu kamar
mandi dibuka. Kakak iparku keluar dari kamar
mandi dengan mengenakan daster tipis tembus
pandang, hingga membuat tenggorokanku kering
menahan gejolak seksku yang kian meninggi.
Tetapi aku pura-pura acuh dan bertanya
“Mas Dwi pergi
ke mana to mbak”tanyaku basa-basi. “ Masmu baru penataran di Ungaran selama 3 hari, tadi siang baru berangkat, mbak mengantar
sampai terminal” sahutnya. Wahhh…duda
ketemu janda nich, pikirku.
“Ini mbak titipan dari
Ine, mohon maaf karena baru sekarang baru bisa ngembali’in” kusampaikan permintaan maaf istriku sambil memberikan amplop berisi
uang
“ Ah..nggak apa-apa “ sahutnya. Baru berbincang-bincang sebentar, tiba-tiba hujan
turun dengan derasnya seakan-akan mengguyur
bumi ini.
“ Waduh…hujan “ kataku memecah suara hujan yang jatuh di atas genting
“ Ya berteduh dulu to di sini, nggak usah sungkan,
wong di rumah saudara aja. Sebentar mbak
buat’in minuman hangat “ sahutnya. Mbak Arti
berjalan ke dapur. Cleguk….aku menelan ludah
karena kulihat pantat mbak Arti bergoyang ke
kanan dan ke kiri, seakan-akan menantang
setiap lelaki untuk menjamahnya. Kulihat terus
setiap gerakan tubuhnya dengan seksama.
Darahku seakan berhenti ketika kakak iparku ini
mengaduk minuman di gelas. Seluruh tubuhnya
bergoyang, payudaranya, perutnya, pantatnya
pokoknya syuur banget. Tiba-tiba dia lari dari
dapur menuju ke arahku dan memelukku erat-erat
sambil berteriak,
“ Dik Unang, kakak
jijik lihat kecoa di dekat gelas itu
“, katanya sambil menunjuk ke arah
dapur.
“ Tenang mbak, tenang,
ayo kita bunuh kecoa itu
“, sahutku sambil
tetap memeluk kakak iparku itu dan berjalan
menuju dapur. Dengan sebuah gagang sapu,
kubunuh kecoa itu dan kubuang ditempat sampah, tetapi anehnya kegiatan itu kulakukan dengan tetap berpelukan dengan kakak iparku
itu. Jantungku mulai berdetak sembarangan.
Nafsu mulai naik ke ubun-ubun. Tiba-tiba kedua
mata kami beradu pandang, lama sekali sambil
nafas kami terengah-engah. Sementara hujan
berubah menjadi rintik-rintik, mendukung
suasana menjadi dingin dan sepi. Nggak sadar,
entah siapa yang memulai, bibir kami saling
berpagut, hangat. Kulumat bibir kakak iparku itu
dengan penuh nafsu. Sekali-sekali kugigit
bibirnya dan kumainkan lidahku di atas langit-langit
mulutnya. Nafsu seks sudah menguasai kami berdua. Aku tahu itu tidak boleh, tetapi kami nggak kuasa untuk menghentikannya. Kami
semakin tenggelam dalam birahi. Kini leher
jenjang kakak iparku menjadi sasaranku
berikutnya. Kuciumi dan kujilat sepuasnya.
Hampir saja aku mencipok lehernya itu, kalau
tidak ditepis oleh kakak iparku itu dan
memprotes, “ Jangan dik…nanti membekas
“,larangnya. Kemudian kujilat kuping belakang mbak Arti sambil kubisikkan sesuatu. Ia mengangguk. Sambil masih tetap berdiri di
pinggir wastafel dapur kulepas pakaiannya satu
per satu. Hingga kini tak selembar benangpun
melilit tubuhnya. Kupandangi tubuh indah itu
sampai lama, hingga lidahku tahu-tahu sudah
memainkan puting payudara yang sudah
memerah tegang itu. Pelan-pelan kaki kanannya
ku angkat dan
kuletakkan di pinggir wastafel itu. Jemarikupun
refleks memainkan bulu-bulu halus di
sekitar pussy-nya. Kudengar kakak iparku melenguh-lenguh tanda terangsang.
“Ahhhh….ouuuhgh…….sssshhhhhh….. nikkkkmaaaattt.. terussss…..”. Dengan penuh
nafsu serangan kuteruskan dengan lidah di bibir
pussynya yang sudah basah oleh cairan hangat
itu. Kujilat –jilat mesra sambil sesekali
menggigit bagian dalam bibir pussy
itu. Rupanya seranganku membuahkan
hasil. Mbak Arti bergetar keras
dan mengajakku pindah ke sofa. Kami
duduk berpangkuan sambil terus melakukan
kontak seksual. Kini giliran Mbak Arti yang gantian menyerangku. Dicopotinya semua
pakaianku. Ia
sempat terbelalak begitu melihat peny-ku.
Entah apa yang dirasakannya. Yang
jelas ia langsung
melahap peny-ku sampai habis. Diisap-isap,
dikocok-kocok dan dijilati sampai puas.
Gantian aku yang menggelinjang hebat, karena terus terang aku sudah terangsang ketika aku mengintip kakak iparku ini mandi. “ Mmmmhhhh…..srup…..srup…” peny-ku dihisap-hisap
sampai badanku merinding semua. Ia memandang
mataku dan memberi tanda agar pindah
ke kamar tidurnya. Kami berbaring dengan
ambil posisi 69. Kini didepan wajahku terpampang pussy yang menganga dan
memerah. Tanpa
menyia-nyiakan kesempatan, langsung
ku serang pussy itu hingga Mbak Arti menggelinjang penuh kenikmatan. Tetapi sebaliknya Mbak Artipun semakin gencar menyerang peny-ku dengan tak kalah hebatnya.
Tiba-tiba ia bangun dan mendorongku hingga
jatuh telentang. Hujan belum juga berhenti.
Dalam hati kunyayikan lagu anak-anak yang
kugubah syairnya , TIK…TIK….TIK BUNYI HUJAN
DI ATAS RANJANG. Ia mulai ambil posisi
membelakangiku dan membimbing peny-ku
masuk ke dalam
lobang pussy yang sudah becek itu
disertai gerakan naik turun. Pelan-pelan…..agak cepat…..sampai seperti
kesetanan ia terus menggoyang
pantatnya naik turun. Kuimbangi gerakannya
dengan mendorong peny-ku maju mundur.
Mulutnya menceracau tak karuan. Dengan
masih melakukan gerakan tadi kuremas- remas payudara yang kini semakin mengeras itu. Hingga akhirnya ia menjerit kecil “ Ohhhh…aku
sudah nggak tahan lagi dik……Ahhhhssshhhh “ .
Segera kuambil posisi konvensional.
Kutelentangkan ia, pahanya ku buka lebar-lebar
dan tumitnya kuletakkan di bahuku. Kuterobos
lubang menganga itu dengan rudalku, dan
kuserang habis-habisan. Permainan ini kami
lakukan hampir 1
jam, sampai kakak iparku berdesah
hebat sambil berkata “ Ahhhhgggg…… ouuggghhh…
ssshhhhh. Akkkkuuu mmmmaauuu kkkellluuaaaarrrrr
dik. Ohhhg “. Kutambah kecepatan
permainanku karena akupun sudah mendekati
detik-detik orgasme. Kurasakan darah
mengalir dari seluruh tubuh ke peny-ku Kugoyang,kugoyang dan kugoyang terus,sampai masing-masing kami mencapai puncak kenikmatan dengan kusemburkan mani ku ke
dalam pussy kakak iparku itu sambil
memeluknya erat-erat. Sepuluh menit kami
berpagut mesra. Hingga akhirnya kami kenakan
pakaian kami kembali. “ Mbakkk…” panggilku. “
Mmhhhhh…” jawabnya manja. “ Aku sebetulnya
sudah mengintip waktu mbak tadi mandi “
godaku. “ Ahhhh…kamu nakal…” sungutnya
sambil mencubit lenganku keras-keras. Senda
gurau berakhir sampai aku berpamitan pulang
dan kebetulan hujan sudah agak reda. Sebelum
pulang kucium mesra pipi dan bibirnya sambil
kubisikkan di telinganya “ Mbak adalah kakak
iparku tersayang “.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar