Jumat, 13 Maret 2015

Pramugari Malang


Malam telah larut dimana jarum jam
menunjukkan pukul 23.15. Suasana
sepi menyelimuti sebuah kost-kostan
yang terletak beberapa kilometer dari
Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng..
Kost-kostan tersebut lokasinya agak
jauh dari keramaian sehingga

menjadi tempat favorit bagi siapa saja
yang menginginkan suasana tenang
dan sepi. Kost-kostan yang memiliki
jumlah kamar mencapai 30 kamar itu
terasa sepi karena memang baru saja
dibuka untuk disewakan,hanya
beberapa kamar saja yang sudah
ditempati, sehingga suasananya dikala
siang atau malam cukup lengang. Saat
itu hujan turun lumayan deras, akan
tetapi nampak sesuatu telah terjadi
disalah satu kamar dikost-kostan itu.
Seiring dengan turunnya air hujan,
air mata Dinda juga mulai turun
berlinang disaat lelaki itu mulai
menyentuh tubuhnya yang sudah
tidak berdaya itu. Saat ini tubuhnya
sudah dalam kekuasaan para lelaki
itu, rasa keputus asaan dan takut
datang menyelimuti dirinya.
Beberapa menit yang lalu secara tiba-
tiba dirinya diseregap oleh seseorang
lelaki disaat dia masuk kedalam
kamar kostnya setibanya dari sebuah
tugas penerbangan. Kedua tangannya
langsung diikat kebelakang dengan
seutas tali, mulutnya disumpal dengan
kain dan setelah itu tubuhnya
dicampakkan oleh lelaki itu keatas
tempat tidurnya. Ingin rasanya dia
berteriak meminta pertolongan
kepada teman-temannya akan tetapi
kendaraan antar jemput yang tadi
mengantarkannya sepertinya sudah
jauh pergi meninggalkan kost-kostan
ini, padahal didalam
kendaraan tersebut banyak teman-
temannya sesama karyawan.
Dinda Fitria Septiani adalah seorang
Pramugari pada sebuah penerbangan
swasta, usianya baru menginjak 19
tahun, wajahnya cantik imut-imut,
postur tubuhnya tinggi dan langsing
proporsional. Dengan dianugerahi
penampilan yang cantik ini sangat
memudahkan baginya untuk diterima
bekerja sebagai seorang pramugari.
Demikian pula dengan karirnya
dalam waktu yang singkat karena
kecantikannya itulah dia telah
menjadi sosok primadona di
perusahaan penerbangan itu. Banyak
lelaki yang berusaha merebut
hatinya, baik itu sesama karyawan
ditempatnya bekerja atau kawan-
kawan lainya. Namun karena alasan
masih ingin berkarir maka dengan
secara halus maksud-maksud dari
para lelaki itu ditolaknya.
Akan tetapi tidak semua lelaki
memahami atas sikap dari Dinda itu.
Paul adalah salah satu dari orang
yang tidak bisa menerima sikap Dinda
terhadap dirinya. Kini dirinya
bersama dengan seorang temannya
telah melakukan seuatu perhitungan
terhadap Dinda. Rencana busuk
dilakukannya terhadap Dinda. Malam
ini mereka telah menyergap Dinda
dikamar kostnya. Paul adalah satu
dari sekian banyaknya lelaki yang
menaruh hati kepada dirinya, akan
tetapi Paul bukanlah seseorang yang
dikenalnya dengan baik karena
kedudukannya bukanlah seorang
karyawan penerbangan ditempatnya
bekerja atau kawan-kawannya yang
lain, melainkan dia adalah seorang
tukang batu yang bekerja dibelakang
kost-kostan ini. Ironisnya, Paul yang
berusia setengah abad lebih dan
melebihi usia ayah Dinda itu lebih
sering menghalalkan segala cara
dalam mendapatkan sesuatu,
maklumlah dia bukan seseorang yang
terdidik. Segala tingkah laku dan
perbuatannyapun cenderung kasar,
karena memang dia hidup
dilingkungan orang-orang yang
bertabiat kasar.
“Huh rasakan kau gadis sombong !”,
bentaknya kepada Dinda yang tengah
tergolek dikasurnya.
“Aku dapatkan kau sekarang….!”,
lanjutnya. Sejak perjumpaannya
pertama dengan Dinda beberapa
bulan yang lalu, Paul langsung jatuh
hati kepada Dinda. Dimata Paul,
Dinda bagaikan bidadari yang turun
dari khayangan sehingga selalu hadir
didalam lamunnanya. Diapun berniat
untuk menjadikannya sebagai istri
yang ke-4. Bak bukit merindukan
bulan, Paul tidak berdaya untuk
mewujudkan impiannya itu.
Predikatnya sebagai tukang batu,
duda dari 3 kali perkawinan, berusia
51 tahun, lusuh dan miskin
menghanyutkan impiannya untuk
dapat mendekati sang bidadari itu.
Terlebih-lebih ada beberapa kali
kejadian yang sangat menyakitkan
hatinya terkait dengan Dinda
sang bidadari bayangannya itu.
Sering tegur sapanya diacuhkan oleh
Dinda,tatapan mata Dindapun selalu
sinis terhadap dirinya. Lama
kelamaan didalam diri Paul tumbuh
subur rasa benci terhadap Dinda,
penilaian terhadapnyapun berubah,
rasa kagumnya telah berubah
menjadi benci namun gairah nafsu sex
terhadap Dinda tetap bersemi
didalam dirinya tumbuh subur
menghantui dirinya selama ini.
Akhirnya dipilihlah sebuah jalan
pintas untuk melampiaskan nafsunya
itu, kalaupun cintanya tidak dapat
setidaknya dia dapat menikmati
tubuh Dinda pikirnya. Jadilah malam
ini Paul melakukan aksi nekat, diapun
membulatkan hatinya untuk memberi
pelajaran kepada Dinda sekaligus
melampiaskan nafsunya yang selama
ini mulai tumbuh secara subur
didalam dirinya.
Kini sang bidadari itu telah tergeletak
dihadapannya, air matanyapun telah
membasahi wajahnya yang putih
bersih itu. “Lihat aku, cewek
*******…..!”, hardiknya seraya
memegang kepala Dinda dan
menghadapkan kewajahnya.
“Hmmmphh….!!”, jeritnya yang
tertahan oleh kain yang menyumpal
dimulutnya, mata Dinda pun melotot
ketika menyadari bahwa saat ini dia
telah berhadapan dengan Paul
seseorang yang dibencinya.
Hatinyapun langsung ciut dan
tergetar tatkala Paul yang berada
dihadapannya tertawa penuh dengan
kemenangan, “Hahaha….malam ini
kamu jadi pemuasku, gadis cantik”.
Keringatpun langsung mengucur
deras membasahi tubuh Dinda,
wajahnya nampak tersirat rasa takut
yang dalam, dia menyadari betul
akan apa-apa yang bakal terjadi
terhadap dirinya. Disaat seperti inilah
dia menyadari betul akan ketidak
berdayaan dirinya, rasa sesal mulai
hadir didalam hatinya, akan sikap-
sikapnya yang tidak berhati-hati
terhadap Paul.
Kini dihadapan Dinda, Paul mulai
melepaskan baju kumalnya satu
persatu hingga akhirnya telanjang
bulat. Walaupun telah berusia
setengah abad lebih, namun karena
pekerjaannya sebagai buruh kasar
maka Paul memiliki tubuh yang
atletis, badannya hitam legam dan
kekar, beberapa buah tatto menghiasi
dadanya yang bidang itu. Isak tangis
mulai keluar dari mulut Dinda, disaat
paul mulai mendekat ketubuhnya.
Tangan kanannya memegang batang
kemaluannya yang telah tegak berdiri
itu dan diarahkannya kewajah Dinda.
Melihat ini Dinda berusaha
memalingkan wajahnya, namun
tangan kiri Paul secepat kilat
mencengkram erat kepala Dinda dan
mengalihkannya lagi persis
menghadap ke batang kemaluannya..
Dan setelah itu dioles-oleskannya
batang kemaluannya itu diwajah
Dinda, dengan tubuh yang bergetar
Dinda hanya bisa memejamkan
matanya dengan erat karena merasa
ngeri dan jijik diperlakukan seperti
itu. Sementara kepala tidak bisa
bergerak-gerak karena dicengkraman
erat oleh tangan Paul.
“Ahhh….perkenalkan rudal gue ini
sayang…..akhhh….” ujarnya sambil
terus mengoles-oleskan batang
kemaluannya diwajah Dinda,
memutar-mutar dibagian pipi,
dibagian mata, dahi dan hidungnya.
Melalui batang kemaluannya itu Paul
tengah menikmati kehalusan wajah
Dinda. “Hai cantik !….sekarang sudah
kenal kan dengan ****** gue ini,
seberapa mahal sih wajah cantik elo
itu hah ? sekarang kena deh ama
****** gue ini….”, sambungnya.
Setelah puas dengan itu, kini Paul
mendorong tubuh Dinda hingga
kembali terjatuh kekasurnya.
Sejenak dikaguminya tubuh Dinda
yang tergolek tak berdaya ditempat
tidurnya itu. Baju seragam
pramugarinya masih melekat rapi
dibadannya. Baju dalaman putih
dengan dasi kupu-kupu berwarna
biru ditutup oleh blazer yang
berwarna kuning tua serta rok
pendeknya yang berwarna biru
seolah semakin membangkitkan
birahi Paul, apalagi roknya agak
tersingkap hingga pahanya yang
putih mulus itu terlihat. Rambutnya
yang panjang sebahu masih digelung
sementara itu topi pramugarinya
telah tergeletak jatuh disaat
penyergapan lagi. “Hmmpphhh…
mmhhh…”, sepertinya Dinda ingin
mengucapkan sesuatu kepadanya,
tapi apa perdulinya paling-paling
cuma
permintaan ampun dan belas kasihan.
Tanpa membuang waktu lagi kini
diputarnya tubuh Dinda menjadi
tengkurap, kedua tangannya yang
terikat kebelakang menempel
dipunggung sementara dada dan
wajahnya menyentuh kasur. Kedua
tangan kasar Paul itu kini mengusap-
usap bagian pantat Dinda, dirasakan
olehnya pantat Dinda yang sekal.
Sesekali tangannya menyabet bagian
itu bagai seorang ibu yang tengah
menyabet pantat anaknya yang nakal
“Plak…Plak…”. “Wah sekal sekali
pantatmu…”, ujar Paul sambil terus
mengusap-usap dan memijit- mijit
pantat Dinda.
Dinda hanya diam pasrah, sementara
tangisannya terus terdengar.
Tangisnya terdengar semakin
keras ketika tangan kanan Paul secara
perlahan-lahan mengusap kaki Dinda
mulai dari betis naik terus kebagian
paha dan akhirnya menyusup masuk
kedalam roknya hingga menyentuh
kebagian selangkangannya.
Sesampainya dibagian itu, salah satu
jari tangan kanan Paul, yaitu jari
tengahnya menyusup masuk kecelana
dalamnya dan langsung menyentuh
kemaluannya. Kontan saja hal ini
membuat badan Dinda agak
menggeliat, dia mulai sedikit
meronta-ronta, namun jari tengah
Paul tadi langsung menusuk lobang
kemaluan Dinda.
“Egghhmmmmm…….”, Dinda menjerit
badannya mengejang tatkala jari
telunjuk Paul masuk kedalam liang
kewanitaannya itu. Badan Dindapun
langsung menggeliat- geliat seperti
cacing kepanasan, ketika Paul
memainkan jarinya itu didalam
lobang kemaluan Dinda. Dengan
tersenyum terus dikorek-
koreknyalah lobang kemaluan Dinda,
sementara itu badan Dinda
menggeliat-geliat jadinya, matanya
merem-melek, mulutnya
mengeluarkan rintihan- rintihan yang
teredam oleh kain yang menyumpal
mulutnya itu
“Ehhmmmppphhh….mmpphhhh…..”.
Setelah beberapa menit lamanya,
kemaluan Dindapun menjadi basah
oleh cairan kewanitaannya, Paul
kemudian mencabut jarinya.
Tubuh Dindapun dibalik sehingga
posisinya terlentang. Setelah itu
roknya disingkapkan keatas hingga
rok itu melingkar dipinggulnya dan
celana dalamnya yang berwarna
putih itu ditariknya hingga bagian
bawah Dinda kini telanjang. Terlihat
oleh Paul, kemaluan Dinda yang
indah, sedikit bulu-bulu tipis yang
tumbuh mengitari lobang
kemaluannya yang telah
membengkak itu.
Dengan bernafsunya direntangkan
kedua kaki Dinda hingga
mengangkang setelah itu ditekuknya
hingga kedua pahanya menyentuh ke
bagian dada. Wajah Dinda semakin
tegang, tubuhnya gentar, seragam
pramugarinyapun telah basah oleh
keringat yang deras membanjiri
tubuhnya, Paul bersiap-siap
melakukan penetrasi ketubuh Dinda.
“Hmmmmpphhh……….hhhhhmmmmppp…. ..”,
Dinda menjerit dengan tubuhnya
yang mengejang ketika Paul mulai
menanamkan batang kemaluannya
didalam lobang kemaluan Dinda.
Matanya terbelalak menahan rasa
sakit dikemaluannya, tubuhnya
menggeliat-geliat sementara Paul
terus berusaha menancapkan seluruh
batang kemaluannya. Memang agak
sulit selain Dinda masih perawan,
usianyapun masih tergolong muda
sehingga kemaluannya masih sangat
sempit. Akhirnya dengan sekuat
tenaganya, Paul berhasil
menanamkan seluruh batang
kemaluannya didalam vagina Dinda.
Tubuh Dinda berguncang-guncang
disaat itu karena dia menangis
merasakan sakit dan pedih tak
terkirakan dikemaluannya itu. Diapun
menyadari bahwa malam itu
keperawanannya akhirnya terenggut
oleh Paul. “Ahh….kena kau
sekarang !!! akhirnya Gue berhasil
mendapatkan perawan elo !”, bisiknya
ketelinga Dinda.
Hujanpun semakin deras, suara
guntur membahana memiawakkan
telinga. Karena ingin mendengar
suara rintihan gadis yang telah
ditaklukkannya itu, dibukannya kain
yang sejak tadi menyumpal mulut
Dinda. “Oouuhhh…..baang….saakiitt…
banngg….amp uunn …”, rintih Dinda
dengan suara yang megap- megap.
Jelas Paul tidak perduli. Dia malahan
langsung menggenjot tubuhnya
memopakan batang kemaluannya
keluar masuk lobang kemaluan
Dinda.
“Aakkhh….ooohhhh….oouuhhhh….ooohhhggh… .”,
Dinda merintih-rintih, disaat
tubuhnya digenjot oleh Paul,
badannyapun semakin menggeliat-
geliat. Tidak disadarinya justru
badannya yang menggeliat-geliat itu
malah memancing nafsu Paul, karena
dengan begitu otot-otot dinding
vaginanya malah semakin ikut
mengurut-urut batang kemaluan Paul
yang tertanam didalamnya,
karenanya Paul merasa semakin
nikmat. Menit-menitpun berlalu
dengan cepat, masih dengan sekuat
tenaga Paul terus menggenjot tubuh
Dinda, Dindapun nampak semakin
kepayahan karena sekian lamanya
Paul menggenjot tubuhnya. Rasa
pedih dan sakitnya seolah telah
hilang, erangan dan rintihanpun kini
melemah, matanya mulai setengah
tertutup dan hanya bagian putihnya
saja yang terlihat, sementara itu
bibirnya menganga mengeluarkan
alunan-alunan rintihan lemah,
“Ahhh…..ahhhh…oouuhhhh…”. Dan
akhirnya Paulpun berejakulasi di
lobang kemaluan Dinda, kemaluannya
menyemburkan cairan kental yang
luar biasa banyaknya memenuhi
rahim Dinda. “A..aakkhhh…..”, sambil
mengejan Paul melolong panjang bak
srigala, tubuhnya mengeras dengan
kepala menengadah keatas. Puas
sudah dia menyetubuhi Dinda, rasa
puasnya berlipat-lipat baik itu puas
karena telah mencapai klimaks dalam
seksnya, puas dalam menaklukan
Dinda, puas dalam merobek
keperawanan Dinda dan puas dalam
memberi pelajaran kepada gadis
cantik itu. Dinda menyambutnya
dengan mata yang secara tiba-tiba
terbelalak, dia sadar bahwa
pasangannya telah berejakulasi
karena disakannya ada cairan-cairan
hangat yang menyembur membanjiri
vaginanya. Cairan kental hangat yang
bercampur darah itu
memenuhi lobang kemaluan Dinda
sampai sampai meluber keluar
membasahi paha dan sprei kasur.
Dinda yang menyadari itu semua,
mulai menangis namun kini tubuhnya
sudah lemah sekali.
Dengan mendesah puas Paul
merebahkan tubuhnya diatas tubuh
Dinda, kini kedua tubuh itu jatuh
lunglai bagai tak bertulang. Tubuh
Paul nampak terguncang-guncang
sebagai akibat dari isak tangis dari
Dinda yang tubuhnya tertindih tubuh
Paul. Setelah beberapa menit
membiarkan batang kemaluannya
tertanam dilobang kemaluan Dinda,
kini Paul mencabutnya seraya bangkit
dari tubuh Dinda. Badannya berlutut
mengangkangi tubuh lunglai Dinda
yang terlentang, kemaluannya yang
nampak sudah melemas itu kembali
sedikit- demi sedikit menegang disaat
merapat kewajah Dinda. Dikala sudah
benar-benar menegang, tangan kanan
Paul sekonyong-konyong meraih
kepala Dinda. Dinda yang masih
meringis-ringis dan menangis
tersedu-sedu itu, terkejut dengan
tindakan Paul. Terlebih-lebih melihat
batang kemaluan Paul yang telah
menegang itu berkedudukan persis
dihadapan wajahnya. Belum lagi
sempat menjerit, Paul sudah
mencekoki mulutnya dengan batang
kemaluannya. Walau Dinda berusaha
berontak namun akhirnya Paul
berhasil menanamkan penisnya itu
kemulut Dinda. Nampak Dinda seperti
akan muntah, karena mulutnya
merasakan batang kemaluan Paul
yang masih basah oleh cairan sperma
itu. Setelah itu Paul kembali
memopakan batang kemaluannya
didalam rongga mulut Dinda, wajah
Dinda memerah jadinya, matanya
melotot, sesekali dia terbatuk-batuk
dan akan muntah. Namun Paul
dengan santainya terus memompakan
keluar masuk didalam mulut Dinda,
sesekali juga dengan gerakan
memutar-mutar. “Aahhhh….”, sambil
memejamkan mata Paul merasakan
kembali kenikmatan di batang
kemaluannya itu mengalir kesekujur
tubuhnya. Rasa dingin, basah dan geli
dirasakannya dibatang kemaluannya.
Dan akhirnya, “Oouuuuhhhh…
Dinndaaaa…sayanggg… ..”, Paul
mendesah panjang ketika kembali
batang kemaluannya berejakulasi
yang kini dimulut Dinda. Dengan
terbatuk-batuk Dinda menerimanya,
walau sperma yang dimuntahkan oleh
Paul jumlahnya tidak banyak namun
cukup memenuhi rongga mulut Dinda
hingga meluber membasahi pipinya.
Setelah memuntahkan spermanya
Paul mencabut batang kemaluannya
dari mulut Dinda, dan Dindapun
langsung muntah-muntah dan batuk-
batuk dia nampak berusaha untuk
mengeluarkan cairan-cairan itu
namun sebagian besar sperma Paul
tadi telah mengalir masuk
ketenggorokannya.
Saat ini wajah Dinda sudah acak-
acakan akan tetapi kecantikannya
masih terlihat, karena memang
kecantikan dirinya adalah kecantikan
yang alami sehingga dalam kondisi
apapun selalu cantik adanya. Dengan
wajah puas sambil menyadarkan
tubuhnya didinding kasur, Paulpun
menyeringai melihat Dinda yang
masih terbatuk-batuk. Paul
memutuskan untuk beristirahat
sejenak, mengumpulkan kembali
tenaganya. Sementara itu tubuh
Dinda meringkuk dikasur sambil
terisak-isak. Waktupun berlalu, jam
didinding kamar Dinda telah
menunjukkan pukul 1 dinihari.
Sambil santai Paulpun menyempatkan
diri mengorek-ngorek isi laci lemari
Dinda yang terletak disamping
tempat tidur. Dilihatnya album foto-
foto pribadi milik Dinda, nampak
wajah-wajah cantik Dinda menghiasi
isi album itu, Dinda yang anggun
dalam pakaian seragam
pramugarinya, nampak cantik juga
dengan baju muslimnya lengkap
dengan ****** ketika foto bersama
keluarganya saat lebaran kemarin
dikota asalnya yaitu Bandung. Kini
gadis cantik itu tergolek lemah
dihadapannya, setengah badannya
telanjang, kemaluannya nampak
membengkak. Selain itu, ditemukan
pula beberapa lembar uang yang
berjumlah 2 jutaan lebih serta
perhiasan emas didalam laci itu,
dengan tersenyum Paul memasukkan
itu semua kedalam kantung celana
lusuhnya, “Sambil menyelam minum
air”, batinnya.
Setelah setengah jam lamanya Paul
bersitirahat,kini dia bangkit
mendekati tubuh Dinda. Diambilnya
sebuah gunting besar yang dia
temukan tadi didalam laci. Dan
setelah itu dengan gunting itu, dia
melucuti baju seragam pramugari
Dinda satu persatu. Singkatnya kini
tubuh Dinda telah telanjang bulat,
rambutnyapun yang hitam lurus dan
panjang sebahu yang tadi digelung
rapi kini digerai oleh Paul sehingga
menambah keindahan menghiasi
punggung Dinda. Sejenak Paul
mengagumi keindahan tubuh Dinda,
kulitnya putih bersih, pinggangnya
ramping, payudaranya yang tidak
terlalu besar, kemaluannya yang
walau nampak bengkak namun masih
terlihat indah menghias selangkangan
Dinda. Tubuh Dinda nampak penuh
dengan kepasrahan, badannya
kembali tergetar menantikan akan
apa-apa yang akan terjadi terhadap
dirinya.
Sementara itu hujan diluar masih
turun dengan derasnya, udara dingin
mulai masuk kedalam kamar yang
tidak terlalu besar itu. Udara dingin
itulah yang kembali membangkitkan
nafsu birahi Paul. Setelah hampir
sejam lamanya memberi istirahat
kepada batang kemaluannya kini
batang kemaluannya kembali
menegang. Dihampirinya tubuh
telanjang Dinda, “Yaa…ampuunnn
bangg…udah dong….Dinda minta
ampunn bangg…oohhh….”, Dinda
nampak memelas memohon-mohon
kepada Paul. Paul hanya tersenyum
saja mendengar itu semua, dia mulai
meraih badan Dinda. Kini dibaliknya
tubuh telanjang Dinda itu hingga
dalam posisi tengkurap. Setelah itu
ditariknya tubuh itu hingga ditepi
tempat tidur, sehingga kedua lutut
Dinda menyentuh lantai sementara
dadanya masih menempel kasur
dipinggiran tempat tidur, Paulpun
berada dibelakang Dinda dengan
posisi menghadap punggung Dinda.
Setelah itu kembali direntangkannya
kedua kaki Dinda selebar bahu, dan….
“Aaaaaaaaakkkkhh………”, Dinda
melolong panjang, badannya
mengejang dan terangkat dari tempat
tidur disaat Paul menanamkan batang
kemaluannya didalam lobang anus
Dinda.
Rasa sakit tiada tara kembali
dirasakan didaerah selangkangannya,
dengan agak susah payah kembali
Paul berhasil menanamkan batang
kemaluannya didalam lobang anus
Dinda. Setelah itu tubuh Dindapun
kembali disodok-sodok, kedua tangan
Paul meraih payudara Dinda serta
meremas-remasnya. Setengah jam
lamnya Paul menyodomi Dinda, waktu
yang lama bagi Dinda yang semakin
tersiksa itu.
“Eegghhh….aakkhhh….oohhh…”,
dengan mata merem-melek serta
tubuh tersodok- sodok Dinda
merintih-rintih, sementara itu kedua
payudaranya diremas-remas oleh
kedua tangan Paul. Paul kembali
merasakan akan mendapatkan
klimaks, dengan gerakan secepat kilat
dicabutnya batang kemaluan itu dari
lobang anus Dinda dan dibaliklah
tubuh Dinda itu hingga kini posisinya
terlentang. Secepat kilatpula dia yang
kini berada diatas tubuh Dinda
menghujamkan batang kemaluannya
kembali didalam vagina Dinda.
“Oouuffffhhh……”, Dinda merintih
dikala paul menanamkan batang
kemaluannya itu. Tidak lama setelah
Paul memompakan kemaluannya
didalam liang vagina Dinda
“CCREETT….CCRROOOT…CROOTT…”,
kembali penis Paul memuntahkan
sperma membasahi rongga vagina
Dinda, dan Dindapun terjatuh tak
sadarkan diri.
Fajar telah menjelang, Paul nampak
meninggalkan kamar kost Dinda
dengan tersenyum penuh dengan
kemenangan, sebatang rokok
menemaninya dalam perjalanannya
kesebuah stasiun bus antar kota,
sementara itu sakunya penuh dengan
lembaran uang dan perhiasan emas.
Entah apa yang akan terjadi dengan
Dinda sang pramugari cantik imut-
imut itu, apakah dia masih menjual
mahal dirinya. Entahlah, yang jelas
setelah dia berhasil menikmati gadis
cantik itu, hal itu bukan urusannya
lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar